Masih menjadi pembahasan yang menarik terkait dengan fenomena Gempa Lombok. Kejadian Gempa yang unit dan pola seismistas yang langka terjadi dengan rangkaian kejadian gempa fluktuatif. Bung Adit mengupas dengan menarik dan menyebutnya sebagai Gempa Doublet Lombok. seisnote.com mendapat izin untuk memposting ulang tulisan ini.
Penulis
Adit Gusman
Penulis
Adit Gusman
Aktifitas gempa di Lombok ternyata tidak semakin berkurang setelah gempa tanggal 5 Agustus Mw 6.9. Biasanya setelah gempa utama terjadi gempa-gempa yang lebih kecil yang mengikuti dan semakin lama secara umum magnitudonya semakin kecil dengan sedikit fluktuasi. Pada tanggal 19 Agustus terjadi lagi gempa dengan magnituod Mw 6.9. Lokasi episenter kedua gempa ini bedekatan dengan jarak sekitar 20 km diantara keduanya. Dua gempa yang memiliki magnitudo sama dengan lokasi yang berdekatan biasanya disebut sebagai gempa doublet.
Gempa seperti ini jarang terjadi tetapi pernah terjadi juga di Indonesia dengan magnitudo yang lebih kecil. Sebenarnya baru saja saya berkesempatan membimbing seorang mahasiswa ITB menyelesaikan tugas akhirnya yang bertemakan gempa doublet di Sumbawa yang terjadi pada tahun 2007. Gempa doublet flores ini magnitudonya jauh lebih kecil (Mw 6.5).
Kembali ke kejadian gempa doublet Lombok. Kajian gempa Lombok yang lebih mendalam dapat mambantu kita memahami seperti apa struktur di bawah permukaan Pulau Lombok. Struktur ini mungkin berkaitan dengan keberadaan sesar Flores yang sayangnya sampai saat ini masih kurang dipahami.
Berikut ini adalah catatan samping. Kejadian seperti ini harusnya bisa meningkatkan minat dalam mempelajari kegempaan di Indonesia. Peneliti dan mahasiswa juga perlu didukung secara finansial oleh pemerintah untuk melakukan penelitian. Selain itu apasitas BMKG juga harus terus ditingkatkan dengan penambahan jumlah instrumen dan sumber daya manusia yang sepertinya masih kurang.