Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tetanan tektonik yang rumit dan aktif. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Pusat Studi Gempa Nasional (PUSGEN) pada tahun 2017, menjelaskan bahwa wilayah Kepulauan Indonesia secara tektonik dipengaruhi oleh interaksi oleh empat lempeng tektonik yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Laut Filipina. Selain keempat lempeng besar tersebut, wilayah Indonesia juga dipengaruhi oleh beberapa lempeng-lempeng kecil (microplate) dan sesar aktif. Implikasi dari interaksi lempeng tektonik tersebut adalah terjadi gempa bumi. Gambaran kejadian gempa bumi di Indonesia seperti yang terlihat pada Gambar 1, data yang digunakan adalah katalog gempabumi dari repositori USGS dari tahun 1976 – 2020 dengan pemilihan magnitude gempa lebih besar dari 5,0.
![]() |
Gambar 1. Sebaran kejadian gempabumi di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1976 – 2020 berdasarkan data katalog USGS. |
Jika mengacu pada buku Katalog Gempa Merusak yang dipublikasikan oleh BMKG, dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir salah satu gempa bumi yang merusak adalah gempa di Mentawai pada 25 Oktober 2010, gempa ini memiliki Magnitudo 7,2 dan membangkitkan gelombang tsunami. Berdasarkan laporan BNPB, tercatat korban meninggal mencapai lebih dari 300 orang.
Selain itu, tentu masih segar dalam ingatan tentang rangkaian kejadian gempa bumi di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat. Rangkaian kejadian gempa Lombok terjadi pada 28 Juli, 5 Agustus, 9 Agustus dan 19 Agustus 2018, yang mengakibatkan korban jiwa mencapai 1584 orang. Berselang beberapa bulan tepatnya pada 28 September 2018, kejadian gempa bumi dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah. Kejadian gempa Palu diawali oleh gempa dengan magnitudo 5,9 pada pukul 13:59 WIB yang dikenali sebagai gempa pembuka, kemudian diikuti oleh gempa utama pada pukul 17:02 WIB dengan magnitudo 7,4 dan kedalaman sumbe gempa 11 km. Kejadian Gempa Palu 2018 tidak hanya diikuti oleh gelombang tsunami, akan tetapi juga terjadi likuefaksi di Patobo dan Balaroa yang memperparah dampak risiko kejadian tersebut.
Edukasi dan Mitigasi Gempa
Pada awal-awal tahun 2021, rangkaian kejadian gempa bumi di Indonesia relatif meningkat. Beberapa kejadian gempa bumi yang merusak terjadi seperti di Mamuju dan Majene, Halmahera, Sulawesi dan Selatan Malang. Hal ini memberikan gambaran tentang peningkatan pengetahun dan edukasi gempa bumi merupakan salah satu bagian penting untuk menguatkan mitigasi dan pengurangan risiko bencana gempa bumi.
Fenomena gempa bumi merupakan fenomena alam yang dapat dipelajari potensi bahaya dan pola mekanisme. Tentu untuk memahami hal tersebut diperlukan peralatan pendeteksi gempa atau dikenal dengan sebutan seismograf. Seismograf merupakan perangkat penting bagi seorang seismolog untuk mengetahui parameter kejadian gempa bumi, seperti posisi, waktu, besaran dan kedalaman sumber gempa bumi.
Pada zona tektonik aktif, biasanya ditempatkan beberapa unit seismograf (minimum 5 unit) dalam satu jaringan pengamatan. Penempatan jaringan pengamatan seismograf memperhatikan cakupan dan konfigurasi titik stasiun seismograf terhadap zona teknonik aktif.
Beberapa lembaga baik lembaga pemerintah, perguruan tinggi dan swadaya masyarakat telah melakukan kegiatan sosialisasi tentang bahaya gempa dan upaya mitigasi. Kegiatan tersebut dilakukan secara berkesinambungan untuk memberikan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat untuk siap siaga menghadapi bahaya gempabumi. Namun, penyedian bahan ajar yang interaktif dan edukatif tentang fenomena gempa dan mitigasi adalah salah satu bagian yang perlu dilakukan. Pengembangan bahan ajar secara terpadu dan terfokus kepada siswa sekolah diharapkan bisa memberikan bekal pengetahuan dan pemahaman sumber gempa dan mitigasi.
Pada kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dengan skema bottom up LPPM - ITB tahun 2021, salah satu kegiatannya adalah Pengembangan Bahan Ajar dan Edukasi Mitigasi Gempa dengan Mitra Sekolah Alam Bandung yang diketuai oleh Dr. Ir. Zulfakriza yang beranggotakan Dr. Shindy Rosalia, Dr. David P Sahara dan Prof. Dr. Ir. Andri Dian Nugraha.
Setidaknya ada dua hal yang menjadi tujuan dari kegiatan Pengembangan Bahan Ajar dan Edukasi Mitigasi Gempa, yaitu:
- Melakuakan pengembangan bahan ajar sosialisasi dan edukasi mitigasi bencana gempabumi untuk sekolah dasar dan menengah dengan mitra Sekolah Alam Bandung
- Melakukan sosialisasi tentang kegempaan yang bersumber dari penelitian terkini yang dilakukan oleh peneliti baik dari ITB maupun dari institusi lain.
Untuk mencapai tujuan sebagaimana yang dijelaskan pada bagian di atas, maka pendekatan yang melakukan dalam kegiatan ini adalah (1) Analisis kebutuhan materi bahan ajar dengan cara questioner dan FGD dengan melibatkan perwakilan guru dan siswa, (2) Diseminasi draf bahan ajar kepada perwakilan guru dan siswa dan (3) Ujicoba bahan ajar kepada siswa pada satu kelas.